Jumat, 23 November 2012

HATI-HATI PENAMPILAN BISA MENIPU


Bila anda seorang penggemar Cerita Klasik Militer Cina, mungkin anda sudah tidak asing dengan “Kisah Tiga Negara”, dalam Bahasa Inggris “Romance of Three Kingdoms”, dalam Bahasa Cina “San Guo/Sam Kok”

Dalam satu episode, dikisahkan Salah satu Penguasa di antara Tiga Negara tersebut yaitu Negara Shu yang bernama Liu Bei sedang mencari orang pandai dan berbakat dalam bidang Ketatanegaraan dan Strategi Militer untuk dijadikan Penasehat Istana. Disuruhnya para para tentara untuk menempelkan pengumuman di segenap pelosok negerinya, yang isinya adalah undangan kepada segenap orang pandai dan berbakat untuk mengikuti Ujian Negara yang akan diselenggarakan di Ibukota.

Pengumuman tersebut disambut dengan antusias oleh segenap rakyatnya. Banyak kaum terpelajar, pandai dan berbakat pergi ke Ibukota untuk mengikuti Ujian Negara. Liu Bei mengawasi langsung jalannya Ujian Negara. Setelah Ujian Negara selesai dan telah diperiksa hasilnya oleh Panitia Ujian, Liu Bei menyuruh Panitia Ujian untuk memanggil peserta Ujian yang memperoleh Nilai Tertinggi.   

Ketika peserta Ujian yang memperoleh Nilai Tertinggi menghadap, Liu Bei mengamati orang tersebut dan kelihatan tidak percaya. Di depannya berdiri seorang yang bertubuh gemuk, pendek, berwajah jelek dan penampilannya tidak menarik. Sangat tidak cocok untuk menjadi Pejabat, apalagi Penasehat Istana. Liu Bei bertanya kepada Panitia Ujian : “Apakah kamu tidak salah panggil orang?” Si Panitia Ujian menjawab : “Tidak Paduka, orang yang memperoleh nilai tertinggi dalam Ujian Negara…bernama Pang Tong dan ketika saya menyebutkan nama tersebut, orang inilah yang menghadap.” “Mengapa penampilannya sangat buruk?, aku tidak yakin dia sepandai itu…Lagipula dengan penampilan seperti itu, dia tidak cocok untuk menjadi Penasehat Istana” kata Liu Bei dengan nada meremehkan. “Maafkan hamba paduka…., tetapi memang demikianlah kenyataannya” kata si Panitia Ujian. “Kalau begitu, beri saja Pang Tong ini jabatan sebagai Bupati di salah satu wilayahku” kata Liu Bei. “Siap Paduka” jawab si Panitia Ujian.

Tidak terasa 4 bulan telah berlalu semenjak Ujian Negara tersebut. Pang Tong, sang Bupati baru tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Setiap hari kerjanya hanya makan, minum, tidur, dan bermalas-malasan. Pekerjaan dan Tugas-tugas Dinas Kabupaten tidak disentuhnya sama sekali, sehingga pekerjaan tersebut menumpuk tinggi dalam sebuah peti. Karena tidak tahan dengan ulah sang Bupati Baru, salah seorang Staff Kabupaten melaporkan kelakuannya ke Ibukota. Setelah mendengar laporan ini, Liu Bei mengutus salah seorang Panglima Perangnya yang bernama Zhang Fei untuk memeriksa kebenaran laporan tersebut.

Singkat kata Zhang Fei telah tiba di Kabupaten yang dituju. Pada saat itu hari telah beranjak siang…sedangkan Kantor Bupati belum buka…kemana gerangan sang Bupati? Zhang Fei memeriksa dan mengintip ke dalam Kantor Bupati. Telinganya yang tajam menangkap suara dengkuran sang Bupati. Astaga…rupanya sang Bupati masih tidur! “Ini betul-betul keterlaluan” kata Zhang Fei. Dengan geram diambilnya pemukul tambur dan dipukulnya tambur besar yang digantung di depan Kantor Bupati dengan sekuat tenaga untuk membangunkan Pang Tong, sang Bupati malas.

Pang Tong terkejut dan bangun dari tidurnya. Dibukanya pintu dan dengan nada marah dia berteriak “Siapa yang berani membuat gaduh dan membangunkan aku dari tidurku” “Aakuu !!!” jawab Zhang Fei dengan mata melotot. “Oh rupanya Jendral datang berkunjung……Maafkan saya…tidak sopan dan tidak menyambut…kata Pang Tong dengan suara melunak.

“Paduka mendengar kabar bahwa selama berbulan-bulan kamu tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, kerjamu hanya makan, minum, tidur, dan bermalas-malasan saja. Oleh karena itu Beliau megutus aku untuk memeriksa kebenaran kabar tersebut…..dan nampaknya kabar tersebut memang benar adanya…..terbukti…..hari sudah mulai siang dan kamu masih enak-enakan tidur. Apa jawabmu ?!!” kata Zhang Fei dengan mata masih melotot. “Sabar Jendral…bukannya aku malas bekerja….tetapi di kabupaten ini tidak ada pekerjaan yang bisa aku kerjakan” Pang Tong berusaha membela diri. “Hah…?! Sudah 4 bulan kau ditempatkan di sini dan kamu bilang tidak ada pekerjaan….??!!” Bentak Zhang Fei. “Hai kamu dan kamu…..cepat bawa kemari pekerjaan dan tugas-tugas dinas kabupaten ini yang belum dikerjakannya !” perintah Zhang Fei kepada 2 orang staff kabupaten. Tak berapa lama kemudian 2 orang Staff tersebut kembali sambil menggotong sebuah peti yang cukup besar berisi setumpuk pekerjaan yang belum dikerjakan dalam 4 bulan terakhir.

“Kamu bilang tidak ada pekerjaan..? Lihat….ini adalah setumpuk pekerjaan selama 4 bulan yang belum kamu urus sama sekali.” tegas Zhang Fei. Sejenak Pang Tong melihat tumpukan pekerjaan dan tugas-tugas dinas di depannya, lalu sambil tersenyum dia berkata : “Maaf Jendral…….ini sih bukan pekerjaan…..melainkan mainan anak kecil. Anak kecil saja bisa mengerjakannya. Nampaknya aku menyia-nyakan bakatku di sini” kata Pang Tong. “Hah….?! Jendral Zhang Fei melongo mendengar komentar Pang Tong. “Kalau Jendral tidak percaya….baiklah hari ini juga akan aku selesaikan semua pekerjaan dan tugas-tugas dinas ini. Mari masuk ke dalam kantor dan silakan Jendral mengawasi selama saya menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas dinas ini……Tolong bawakan aku pena dan tinta!” kata Pang Tong kepada salah seorang staffnya.

Dengan diawasi oleh Jendral Zhang Fei, Pang Tong mengerjakan semua pekerjaan dan tugas dinas yang sedemikian banyak tertumpuk di depannya. Ketika sampai pada pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dalam menghitung angka, dengan sekali pandang Pang Tong langsung tahu bahwa penghitungan yang dilakukan staffnya tidak benar. Dia berkata kepada staffnya : “Penghitungan ini tidak benar….tolong dihitung lagi dan cocokkan dengan hasil penghitunganku” perintah Pang Tong sambil menyerahkan lembaran pekerjaan yang dipegangnya kepada sang staff. “Tetapi…..pak Bupati…kami sudah menghitungnya beberapa kali…..rasanya tidak mungkin kalau salah” bantah sang staff. “Kalian hitung lagi saja” perintah Jendral Zhang Fei kepada staff tersebut….”kita lihat penghitungan siapa yang lebih tepat..! Penghitungan kalian atau penghitungan Bupati” lanjut Jendral Zhang Fei. “Baik Jendral” kata 2 orang staff tersebut tanpa berani membantah lagi. Segera mereka melakukan penghitungan ulang dengan hati-hati dan bersungguh-sungguh supaya tidak ada lagi kekeliruan. Selang beberapa saat mereka telah menyelesaikan penghitungan mereka dan kembali menghadap Jendral Zhang Fei dan Bupati Pang Tong yang masih sibuk menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas dinas. “Bagaimana hasilnya…? penghitungan kalian atau penghitungan Bupati yang benar?” tanya Jendral Zhang Fei kepada 2 orang staff tadi. “Eh…..maaf Jendral…..setelah kami hitung secara berulang-ulang dan hati-hati ternyata penghitungan pak Bupati lah yang benar” kata sang staff dengan malu-malu dan takut. Dalam hati Jendral Zhang Fei mulai merasa kagum dengan ketrampilan Pang Tong dalam hal menghitung. Dengan sekilas pandang saja, Pang Tong dapat melakukan penghitungan secara cepat dan akurat.

Bupati Pang Tong mengerjakan semua pekerjaan dan tugas dinas dengan mudah dan cepat sekali. Nampaknya dia sama sekali tidak menemukan kesulitan dalam mengerjakan semua pekerjaan tersebut. Bahkan dia mengerjakannya dengan tersenyum-senyum. Tidak terasa hari telah menjelang sore dan Pang Tong telah menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas dinas yang seharusnya dikerjakannya dalam 4 bulan. “Nah, sudah selesai!...Bagaimana pendapat Jendral?” kata Pang Tong sambil tersenyum-senyum. Jendral Zhang Fei terbelalak dan setengah tidak percaya dia berkata kepada Pang Tong : “Pekerjaan 120 hari (4 bulan) dapat kamu selesaikan dalam tempo hanya setengah hari….???” Pang Tong menjawab : “Maaf Jendral…..tadi kan saya sudah bilang….di sini tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya. Saya hanya menyia-nyiakan kemampuan saya dan waktu saya di sini.” Setelah mendengar jawaban Pang Tong, buru-buru Jendral Zhang Fei bangkit dari duduknya dan memberi hormat kepada Pang Tong : “Saya…..mewakili paduka meminta maaf….Mata kami sungguh buta….tidak mengetahui dan menyia-nyiakan bakat dan kepandaian yang sedemikian langka. Tunggulah di sini, saya akan melapor kepada Paduka tentang keberadaan dan kemampuan anda” kata Zhang Fei.

Dengan segera Jendral Zhang Fei naik kuda dan bergegas kembali ke Ibukota untuk melapor kepada Raja Liu Bei. Setelah mendengar cerita Jendral Zhang Fei, Raja Liu Bei terkejut dan menyesal sekaligus merasa bersalah. Terkejut karena tidak menyangka ada orang dengan ketrampilan dan kepandaian sedemikian hebat. Menyesal karena menyia-nyiakan kepandaian dan bakat seseorang yang akan sangat berguna bagi kemajuan negaranya. Merasa bersalah karena meremehkan kemampuan seseorang hanya karena orang tersebut berwajah dan berpostur jelek. Dengan ditemani Jendral Zhang Fei dan dikawal sejumlah pasukan, segera Raja Liu Bei berkunjung ke Kabupaten tempat Pang Tong ditempatkan. Setibanya di sana, Raja Liu Bei segera menemui Pang Tong yang telah menyambutnya. Tanpa sungkan-sungkan lagi Raja Liu Bei membungkuk dan memberi hormat kepada Pang Tong. Setelah itu Raja Liu Bei memohon maaf karena telah salah menilai dan merendahkan kemampuannya. Secara pribadi Raja Liu Bei memohon kepada Pang Tong agar mau diangkat sebagai Penasehat Istana untuk menyumbangkan kepandaian, bakat, dan ketrampilannya guna kemajuan Negara dan Kesejahteraan Rakyat. Pang Tong terharu atas kerendahan hati Raja Liu Bei dan menyatakan setuju mengabdi untuk Negara Shu.


Pembaca yang budiman….Janganlah kita menilai seseorang berdasarkan penampilan luarnya saja karena bisa jadi apa yang nampak di luar berbeda 180 derajat dengan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar