Hari pertama Idul Fitri, setelah Sholat Ied dan acara Syawalan di
kampung, kami sekeluarga pergi berkunjung ke rumah teman mengaji kami untuk
keperluan silaturahmi dan saling member maaf seperti yang sudah menjadi tradisi
muslim di Indonesia, khususnya di Jawa. Jarak dari rumah kami ke rumah teman
kami tersebut kira-kira 15 km, kurang lebih 30 menit perjalanan menggunakan
sepeda motor. Kami berempat; saya, istri, putra kami yang berumur 12 tahun, dan
putri kami yang berumur 4 tahun, naik sepeda motor Honda Matic yang bernama Spacy
yang cukup besar buat kami berempat (nggak promosi lho). Putri kami memakai
pakaian muslim lengkap dengan kerudung plus asesori kerudung berupa tali
pengikat kerudung bermotif bunga.
Pada pukul 12 siang hari, kami berpamitan pulang. Pada saat itu
cuaca begitu panas sehingga tidak sabar rasanya ingin segera tiba di rumah.
Pada saat kami telah menempuh jarak sekitar 10 km (kurang-lebih 5 km dari rumah
kami), kami baru menyadari bahwa asesori kerudung milik putri kami sudah tidak
ada di kepalanya. Saya menanyakan kepada istri apakah ada kemungkinan tidak
terbawa alias ketinggalan di rumah teman? Istri memastikan bahwa dia telah
memakaikannya di kepala putri kami. Jika memang demikian, berarti kesimpulannya
hanya satu, yaitu bahwa asesori kerudung putri kami telah lepas terbawa angin dan
jatuh di jalan. Yang menjadi permasalahan adalah kami tentu saja tidak
mengetahui di mana persisnya lokasi jatuhnya.
Pada saat itu kami sempat bingung menentukan keputusan yang akan
kami ambil; apakah kami harus kembali untuk mencari asesori kerudung tersebut
ataukah kami biarkan saja hilang, toh kan hanya asesori kerudung. Istri ngotot
untuk membiarkan saja asesori kerudung itu hilang. Boros bensin dan cuaca panas
katanya. Masuk akal juga argumentasinya. Tetapi entah mengapa saya ngotot untuk
tetap mencari padahal terus terang pada saat itu saya tidak yakin akan bisa menemukan
asesori kerudung putri kami tersebut.
Akhirnya kami susuri lagi jalan yang sebelumnya kami lalui, dengan
pelan-pelan dan hati-hati sambil mata kami tidak lepas menatap ke depan dan ke
samping kanan dan kiri. Usaha kami tidak sia-sia, Alhamdulillah kami dapat
menemukan asesori kerudung putri kami, tergeletak di jalan. Mungkin upaya ini
tidak sebanding dengan bensin yang harus dikeluarkan untuk mencarinya, tetapi
rasanya sangat puas dan saya merasa mendapat pencerahan.
Dari kejadian ini, saya mendapatkan pencerahan, yaitu:
Asesori kerudung yang jatuh adalah perlambang adanya kegagalan.
Pilihan untuk tidak mencarinya adalah perlambang keputusasaan dan sikap mudah
menyerah ketika menemui kegagalan.
Apabila sikap ini yang diambil, konsekuensinya asesori kerudung TIDAK
AKAN pernah ditemukan. Putus asa dan mudah menyerah jelas tidak akan dapat
mengatasi kegagalan. Sedangkan pilihan untuk mencarinya adalah perlambang
kesabaran dan sikap pantang menyerah ketika menemui kegagalan. Apabila sikap
ini yang diambil, konsekuensinya kerudung MUNGKIN dapat ditemukan. Sabar dan
pantang menyerah jelas akan membuka peluang meraih keberhasilan
Jelaslah bagi kita semua bahwa sikap putus asa dan mudah menyerah
akan menutup jalan menuju keberhasilan. Sedangkan sikap sabar dan pantang
menyerah akan membuka jalan menuju keberhasilan. Sikap mana yang akan anda
pilih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar